MENGGUNAKAN METODE STAR
(SITUASI, TANTANGAN, AKSI, REFLEKSI HASIL DAMPAK)
Peningkatan motivasi peserta didik melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Materi Zat dan Perubahannya Kelas X Teknik Kendaraan Ringan Otomotif SMK Negeri 1 Sumber
Siti Kholipuk
PPG Dalam Jabatan Katagori 1 Tahun 2022
Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Semarang
skholipuk@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar kimia siswa kelas X TKRO C SMK Negeri 1 Sumber melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X TKRO C SMK Negeri 1 Sumber. Berdasarkan hasil pre test dan pos test pada materi zat dan perubahannya dihasilkan peserta didik yang belum tuntas hanya 5 siswa setelah pembelajaran meningkat siswa yang belum tustas 11 dari 36 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menjadikan kelas lebih kondusif dikarenakan siswa sangat aktif, sehingga disarankan bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sebagai salah satu model pembelajaran pilihan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan motivasi siswa.
Kata-kata kunci: PBL, Motivasi Belajar Siswa, Zat dan Perubahannya
Situasi
Salah satu kegiatan pembelajaran kimia di SMK masih mengalami kesulitan. Berdasarkan observasi di SMKN 1 Sumber, diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan bersifat konvensional, masih berpusat pada guru dan belum memanfaatkan IT. Hal ini yang menyebabkan motivasi belajar kurang baik atau rendah yang mengakibatkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran, bosan dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Kustyorini dan Mashuri (2014) berpendapat bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki yaitu peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang sering disebut dengan student center. Pembelajaran Problem Based Learning telah terbukti dapat membuat peserta didik menjadi aktif. Model pembelajaran PBL dapat mengurangi dominasi guru dalam mengajar di kelas. Model pembelajaran ini sekaligus dapat mengorganisir peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang diberikan guru pada kegiatan pembelajaran. Menurut Wulandari dan Surjono (2013), model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Guru dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik dengan mengemukakan sesuatu masalah atau fenomena yang ada dan dialami oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik dituntut untuk memecahkan masalah di dalam kelas baik secara individual maupun kelompok sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. Keadaan tersebut akan menjadikan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (studentcentered), sementara guru berperan sebagai fasilitator untuk memfasilitasi peserta didik secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya. Hasil penelitian berbasis ilmiah seperti Problem Based Learning menunjukkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penelitian Nurhayati dkk., (2013) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kreativitas siswa dan prestasi belajar peserta didik yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran PBL pada materi minyak bumi di kelas X6 SMA Al Islam 1 Surakarta. Penelitian Huang dan Wang (2012) juga menyimpulkan bahwa PBL secara signifikan meningkatkan motivasi dalam belajar dan efektif meningkatkan keterampilan penerjemahan. Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan motivasi pembelajaran peserta didik kelas X TKRO C SMKN 1 Sumber dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning?”. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan motivasi pembelajaran peserta didik kelas X TKRO C SMKN 1 Sumber dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning.
Tantangan
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu Peningkatan motivasi Peserta didik yang masih tidak semangat dan aktif dalam pembelajaran pada materi Zat dan Perubahannya yaitu terdapat siswa yang tidur pada waktu pembelajaran, anak yang bermain HP pada waktu pembelajaran, pembelajaran masih konvensional guru hanya melakukan pembelajaran dengan metode ceramah, guru belum memanfaatkan media teknologi dalam pembelajaran.
Berdasarkan penyebab dari permasalahan tersebut tantangan yang di hadapi guru yaitu yang pertama Guru harus meningkatkan motivasi belajar peserta didik melalui proses pembelajaran yang mudah, menyenangkan dan menantang yang kedua dengan menggunaan model dan metode pembelajaran yang tepat sehingga mampu meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran. Yang ketiga yaitu penggunaan media pembelajaran yang tepat dan inovatif yang sesuai dengan karakteristik dan minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran.
Aksi
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X TKRO C SMK Negeri 1 Sumber yang berjumlah 36 orang yang terdiri dari 35 orang laki- laki dan 1 orang perempuan. Dalam pembelajaran ini menggunakan model Problem Based Learning yang sintaknya terdiri dari 5 Fase yaitu:
Fase 1 Orientasi peserta didik kepada masalah, Peserta didik diberikan permaslahan tentang zat dan perubahannya yang terjadi di lingkungan sekitar oleh guru dan peserta didik diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Fase 2 Mengorganisasikan peserta didik, Guru membagi kelompok peserta didik secara heterogen yang bertujuan menciptakan suasana belajar lebih aktif dan mengasah kemampuan berfikir kritis sehingga dapat juga diterapkan tutor sebaya oleh temanya sehingga tujuan pembelajaran dapat tersampaikan ke peserta didik.
Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok, Guru mendampingi peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, melakukan diskusi bersama langkah apa yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah dan menjawab pertanyaan dari peserta didik.
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, Pada tahap ini siswa mempresentasikan hasil permasalahan yang terdapat di LKPD dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peserta didik yang bertanya.
Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, Fase lima merupakan langkah terakhir dalam model PBL dimana guru membantu peserta didik mengambil kesimpulan dan melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penelitian dan proses yang telah dikerjakan menggunakan google form.
Sebelum dan sesudah pembelajaran peserta didik dibagikan lembar observasi tentang motivasi belajar.
Refleksi Hasil dan Dampak
Dari nilai peserta didik yang mengerjakan soal pre test ternyata peserta didik yang mendapatkan nilai tuntas hanya 5 peserta didik dengan nilai tertinggi 80 dan terendah 20. Setelah melakukan pembelajaran dengan Projek Based Learning peserta didik terlihat aktif dalam mengerjakan LKPD yang dibagikan. Dalam LKPD peserta ddik mengerjakan permasalahan dengan menonton video yang dapat di scan dengan barcode sehingga siswa merasa senang tidak hanya membaca tapi juga melihat dan mendengarkan kemudian pada waktu presentasi yang sebelumnya belum pernah dilakukan ternyata ada peserta didik yang cara penyampain materi persentasi cukup baik sehingga peserta didik antusias untuk bertanya. Setelah di akhir pembelajaran peserta didik melakukan evaluasi pos test yang menunjukkan hasil peserta didik yang belum mencapai KKM 11 siswa dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 40. Rata-rata nilai Hasil belajar meningkat dari pre test yang 50,28 % meningkat menjadi 78,33 %.
Sebelum dan sesudah pembelajaran siswa di beri angket tentang motivasi belajar yang terdapat 10 pertanyaan yang indikatornya diantaranya ketekunan dalam belajar, keuletan dalam menghadapi kesulitan, dan minat dan ketajaman perhatian dalam belajar. Dari hasil angket yang dibagikan sebelum pembelajaran menunjukkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPAS (Kimia) rendah. Sedangkan pada angket setelah pembelajaran terlihat meningkat. Hal ini terlihat bahwa dengan pembelajaran Problem Based Learning yang terintegrasi dengan TPACK siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran dan aktif dalam pembelajarn.
Simpulan
Seluruh peserta didik merespon dengan baik/sangat senang jika pembelajaran menggunakan media yang menarik yaitu video hal ini dilihat dari jawaban refleksi peserta didik setelah pembelajaran dilakukan. Peserta didik dapat mnganalisis pernyataan umum dan dapat menyebutkan soal-soal pada materi Zat dan Perubahannya.
Faktor keberhasilan pembelajaran ini sangat ditentukan oleh kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran terutama dalam hal pemiliha model pembelajaran dan media pembelajaran inovativ yang dikembangkan melalui RPP yang telah disusun sebelumnya.
Berdasarkan proses dan aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan guru, pembelajaran yang dapat diambil adalah guru harus lebih kreatif dan inovativ memilih model dan media pembelajaran agar proses pembelajaran menjadi mudah, menantang dan menyenangkan sehingga dapat mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran yang akhirnya berdampak pada peningkatan Motivasi dalam Proses belajar peserta didik.
Daftar Pustaka
Kustyorini, Yunita dan Mohan Taufiq Mashuri. 2014. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dilengkapi Media Virtual Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika SMA/MA. Media Sains, Volume 7 Nomor 2, Oktober 2014.
Wulandari dan Surjono. (2013). Pengaruh Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3 (2), hlm. 178-191.
Nurhayati, Liyana, K.S. Martini, & T. Redjeki. 2013. Peningkatan Kreativitas dan Prestasi Belajar pada Materi Minyak Bumi melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Media Croosword. Jurnal Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, 2(4), 151-158.
Huang, Kuo-shu & Tzu-Pu Wang. 2012. Applying Problem Based Learning (PBL) in University English Translation Classes. Journal of International Management Studies, 7(1), 121-127.